Jumat, 18 September 2015

Pesona budaya manggarai

Pesona Budaya Manggarai


Pada halaman ini saya tampilkan foto-foto keanekaragaman budaya daerah Manggarai di Pulau Flores berupa tarian caci, pakaian tradisional, rumah tradisional, bentuk sawah tradisional dan perkampungan tradisionil. Caci merupakan salah satu tarian tradisional. Beginilah penampilan dan aksi mereka ketika memainkan tarian yang heroik ini. Caci GagahCaci 1Caci-DanceCaci 03Caci02cacicaci01Caci Terjang Foto-foto berikutnya adalah gadis-gadis Manggarai dengan pakaian tradisionalnya. Festival-Manggarai4Molazmgr Bentuk rumah tradisional Manggarai. Rumah adat Manggarai dinamakan "Mbaru Wunut". Traditional-house_in_Rutengtodofloreshouse Sawah atau kebun tradisional masyarakat Manggarai berbentuk lingkaran dan jari-jarinya yang menyerupai sarang laba-laba menandai kepemilikan dari setiap anggota kelompok. Kebun atau sawah seperti ini disebut "lodok". Ini bukan crop cirkle ya. SawahlodokSawahcancar Salah satu perkampungan tradisional dengan latar belakang pemandangan alam yang asri dan natural. Wilayah Manggarai memiliki tanah yang subur bila dibandingkan daerah lainnya di Nusa Tenggara Timur yang umumnya kering. Manggarai di Flores Barat ini memiliki hubungan historis dengan nama Manggarai di Jakarta Selatan. Kampung-Rebo_2

Artikel tentang manggarai

Artikel tentang Manggarai

Menyusuri Waewina, Sungai Bawah Gunung di Flores


WOW, sungguh menakjubkan, sungai di bawah gunung sepanjang tiga kilometer hanya ada di Kampung Lambaleda, Desa Tengkuleda, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur. Sungai bawah gunung itu berada di Sungai Waewina. Warga masyarakat Lambaleda menyebut sungai bawah gunung itu yang juga termasuk gua alam bawah gunung itu adalah Werwitu.

Sungai bawah gunung yang juga termasuk goa alam di bawah gunung pada bagian hulunya atau pintu mengalirnya air sungai disebut Werwitu. Sementara di bagian hilirnya atau air sungai keluar disebut Cing Coleng. Hanya masyarakat lokal di Kecamatan Lambaleda yang mengetahui keunikan air sungai di bawah gunung Cing Coleng.

Selasa, 27 Januari 2015, sekitar pukul 15.30 Wita, wartawan Kompas.com bersama dengan sejumlah jurnalis lokal dan bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Pemkab Manggarai Timur ditantang menyusuri Sungai Waewina untuk melihat dan menyaksikan langsung keunikan air sungai yang mengalir di bawah gunung. Bahkan insting jurnalis untuk menerima tantangan secara spontan keluar untuk pergi melihat langsung keunikan dan keajaiban goa alam yang dialiri air itu.

Saat itu, rombongan dalam perjalanan pulang usai mengunjungi Kecamatan Lambaleda, tepatnya di Kampung Waenenda, Desa Waenenda, bersama dengan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Manggarai Timur, Belasius Tabur dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur, dr Philiphus Mantur untuk bertemu masyarakat terkait rencana pembangunan Puskesmas di Waenenda tahun anggaran 2015 ini.

Selama perjalanan pulang bersama dengan sopir bagian Humas Kabupaten Manggarai Timur, Om Fabianus Nurung bercerita tentang keunikan air sungai yang mengalir di bawah gunung. Tiba-tiba dalam kendaraan secara spontan menyepakati untuk mengunjungi lokasi wisata tersebut.
Nah, sampai di depan gedung SMAN Lambaleda, rombongan menanyakan informasi kepada masyarakat yang sedang bekerja membersihkan rumput di ladang tentang jalan masuk menuju ke goa alam Werwitu.

Berbekal informasi singkat dari warga masyarakat itu, rombongan memarkirkan kendaraan di pinggir jalan dan berjalan ke depan asrama SMAN Lambaleda. Dari asrama, kami dipandu oleh dua siswa SMAN Lambaleda, yakni Emilianus Igu dan Basilus Balawato. Kedua siswa ini bersama dengan sejumlah rekannya mengetahui lokasi goa itu dan jalan masuknya.

Kami melewati Sungai Waewina, di mana aliran sungai itu sebagai tempat mandi dari anak-anak asrama Lambaleda. Sesudah itu, rombongan pertama melewati sebuah persawahan dan rombongan kedua berjalan di pinggir sungai. Awalnya, kami menuju ke sebuah goa yang berada di bukit, namun, karena tanahnya licin dan pada musim hujan membuat rombongan mengurungkan niat untuk masuk ke goa tersebut. Sesudah itu, kami menyusuri pinggiran sungai menuju ke Goa Werwitu.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, rombongan bersama dengan dua siswa itu tiba di pintu masuk goa. Saat itu air Sungai Waewina mengalir sangat deras karena musim hujan. Setiba di depan pintu masuk goa, rombongan berhenti sejenak sambil mengabadikan keindahan dan keunikan goa tersebut dengan kamera.

"Pada musim kemarau dan aliran air Sungai Waewina kecil, kami biasa masuk ke dalam goa untuk melihat burung Kalong. Namun, jika air Sungai Waewina mengalir deras kami tidak berani masuk,” jelas kedua siswa tersebut.

Selain itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Manggarai Timur, Belasius Tabur yang juga berasal dari Lambaleda menjelaskan, dia sudah pernah masuk ke goa alam yang berada di bukit beberapa tahun silam. Satu-satunya goa alam yang dialiri air sungai di bawah gunung adalah Goa Alam Werwitu.

"Kami akan terus mempromosikan keunikan goa alam Werwitu di bagian hulunya dan goa alam Cingcoleng di bagian hilirnya. Kami minta kerja sama dari jurnalis untuk memperkenalkan obyek wisata ini ke dunia luar,” jelasnya.

Asal-usul Nama Werwitu dan Cing Coleng

Agustinus Supratman, bagian Humas Pemda Manggarai Timur menuturkan, Werwitu adalah nama seorang gadis di wilayah Lambaleda. Namun, dalam kehidupan sosialnya, Werwitu berperilaku kurang bagus di masyarakat. Agar nama kampung tetap dijaga baik maka para orangtua di wilayah tersebut sepakat membuang Werwitu di pintu masuk goa tersebut. Nah, mulai saat itu goa alam itu disebut Goa Alam Werwitu.

"Saya dengar cerita dari orangtua di sekitar wilayah tersebut yang berkaitan dengan nama Goa Alam Werwitu. Belum banyak yang mengetahui tentang keunikan goa alam di bawah gunung di Lambaleda tersebut. Bahkan, rombongan kita bersama dengan wartawan yang pertama mengunjungi goa tersebut selain warga lokal yang mencari burung kalong,” jelasnya.

Agustinus melanjutkan, nama Cing Coleng juga memiliki arti. Pertama-tama, ada seorang bapak dari kampung sekitar itu pada beberapa tahun silam tersesat. Bapak yang tersesat itu diselamatkan oleh seorang ayam hutan, dalam bahasa lokal disebut “Rata”. Saat itu ayam hutan sedang menggali lubang untuk bertelur. Tiba-tiba galiannya tembus ke bawah dan setika itu sinar matahari tembus di lubang.

Nah, dari dalam tanah ada suara seorang manusia. Lalu ayam jantan bertanya, dalam bahasa lokal, "cing" artinya "siapa" dan dari bawah dijawab "co leng" artinya "kenapa" atau "ada apa". Ketika mendengar suara manusia, ayam jantan menyelamatkan bapak yang tersesat melalui lubang yang sudah digali sehingga bapak tersebut selamat.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Patung Bunda Maria di Goa Cing Coleng, Kampung Lambaleda, Desa Tengkuleda, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur.
“Saat ini Goa Cing Coleng dikelola oleh Paroki Lambaleda sebagai tempat ziarah di Keuskupan Ruteng. Ada sejumlah patung, seperti Patung Bunda Maria. Bahkan di bawah goa itu muncul lima mata air yang mengalir dari air Sungai Waewina. Setiap Sabtu dan Minggu, goa ini ramai dikunjungi wisatawan lokal untuk berdoa sambil berwisata,” jelasnya.

Cara Menuju Goa Werwitu dan Cing Coleng

Wisatawan domestik dan mancanegara yang datang dari Labuan Bajo, ibu kota Manggarai Barat berjalan di jalan Transflores menuju Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai. Dari pusat kota, wisatawan berjalan menuju ke Timur dan sampai di Bealaing. Dari Bealaing, wisatawan melintasi hutan lindung Banggarangga menuju ke Beamuring dan menuju ke Bentengjawa, ibu kota Kecamatan Lambaleda.

Selanjutnya dari pusat Kota Kecamatan di Bentengjawa, wisatawan belok kanan menuju Timur. Nah, sampai di depan SMAN Lambaleda berhenti dan berjalan menuju ke Goa Werwitu.

Sedangkan ke Goa Cing Coleng, wisatawan berjalan lurus dari ibu kota Kecamatan Lambaleda menuju ke arah Dampek. Sekitar empat kilometer dari pusat kota, wisatawan belok kanan dan ada tulisan selamat datang di Goa Alam Cing Coleng.

Untuk wisatawan yang datang dari Timur, seperti Maumere, Ende, Nagekeo, Bajawa belok kanan di Bealaing, ibu kota Kecamatan Pocoranaka. Jalan menuju ke obyek wisata sangat bagus dengan aspal yang layak. Dari Bealaing ditempuh dengan kendaraan diperkirakan memakan waktu 2,5 jam.

Rabu, 16 September 2015

kekayaan alam dan budaya pulau Flores

 

KEKAYAAN ALAM DAN BUDAYA YANG LUAR BIASA DI BUMI FLORES

Nama Pulau Flores berasal dari bahasa Portugis, ”Copa de Flores” yang berarti Tanjung Bunga. Nama ini secara resmi dipakai sejak tahun 1636 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Hendrik Brouwer. Flores sendiri punya nama asli Nusa Nipa yang artinya Pulau Ular. Pulau yang memiliki luas sekitar 14.300 kilometer persegi ini merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau ini dibagi menjadi delapan kabupaten. Kabupaten Flores Timur yang beribu kota di Larantuka ada di ujung timur, sementara Kabupaten Manggarai Barat dengan ibu kota Labuan Bajo ada di ujung barat.
Flores memiliki kekayaan alam dan budaya yang luar biasa. Sejumlah gunung berapi aktif yang ada di pulau ini membuat wilayah ini cukup subur untuk lahan pertanian. Gunung Kelimutu di Kabupaten Ende yang memiliki danau kawah tiga warna. Hamparan padang sabana di Nagekeo dan Ngada serta lembah pegunungan di Ruteng menghadirkan pemandangan alam yang mempesona. Dan pada September 2003, di gua Liang Bua di Flores barat, paleoantropologis menemukan tengkorak spesies hominid yang sebelumnya tak diketahui. Penemuan ini dinamakan "manusia Flores" (Homo floresiensis, dijuluki hobbit). Penemuan ini dimuat dalam majalah Nature edisi 28 Oktober 2004. Status temuan ini sekarang masih diperdebatkan, apakah termasuk Homo erectus atau Homo sapiens. Penemuan fosil manusia purba di Liang Bua yang berada di lembah pedalaman Ruteng semakin mengukuhkan Flores sebagai tempat kehidupan sejak ribuan tahun lalu.
Flores memiliki satu dari sekian satwa langka dan dilindungi di dunia yakni Varanus komodoensis atau lebih dikenal dengan Biawak raksasa atau komodo. Raptil ini hidup di Pulau Komodo dan Pulau Rinca, keduanya terletak di Kabupaten Manggarai Barat, Flores Barat. Selain Pulau Komodo dan Pulau Rinca yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Komodo, Flores juga memiliki satu Taman Nasional lagi yang terletak di Kabupaten Ende, yakni Taman Nasional Kelimutu.
Daya tarik utama Taman Nasional Kelimutu adalah Danau Tiga Warna yang selalu berubah warna air danaunya. Akan tetapi sesungguhnya di dalam Kawasan Taman Nasional Kelimutu itu tumbuh dan berkembang secara alami berbagai jenis spesies tumbuhan dan lumut. Oleh karena itu di awal tahun 2007, pihak pengelola Taman Nasional Kelimutu melai mengadakan identifikasi terhadap kekayaan hayati untuk kemudian dikembangkan menjadi Kebun Raya Kelimutu.
Selain dapat menikmati keajaiban Danau Tiga Warna, juga dapat mengamati keanekaragaman hayati dalam Kebun Raya Kelimutu. Tidak jauh dari wilayah Ruteng terdapat perkampungan tradisional dengan rumah adatnya yang unik dan melihat suasana indah dan alami di Danau Ranamese.
Dan ketika pagi datang kita dapat mendaki Gunung Poco Ranaka (2.140 meter) dengan menggunakan kendaraan bermotor, sambil menikmati pemandangan spektakuler.
Ada juga pertunjukan tarian 'Caci', yaitu pertarungan antara dua lelaki dalam kostum tradisional; yang seorang bersenjata cambuk sebagai penyerang dan seorang lainnya menggunakan perisai untuk bertahan.
Ruteng adalah wilayah yang berudara sejuk, berada pada ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut, dikelilingi oleh gunung-gunung api.
Di wilayah Bajawa terdapat rumah-rumah tradisional lengkap dengan bebatuan megalitnya. Selain itu barang kerajinan tenun ikat menarik dan unik juga dapat diperoleh di Bena. Jika ingin selingan untuk melihat pantai pasir putih maka Riung adalah tempatnya.
Masih banyak lagi keindahan-keindahan di bumi flores, baik kekayaan alam, flora dan fauna maupun kekayaan budaya, tradisi dan kesenian masyarakatnya. Kita harus menjaga, meningkatkan dan melestarikan apa yang sudah ada, jangan pernah merusaknya agar kelak anak cucu kita dapat melihatnya.

Senin, 14 September 2015

 Flores merupakan sebuah pulau di Nusa Tenggara Timur, Indonesia yang bisa menjadi tujuan wisata anda, Flores terdiri dari enam kabupaten, yakni Manggarai, Ngadha, Ende, Sikka, Flores Timur, dan Lembata. Pulau seluas 14.300 km² ini menyimpan berbagai tempat wisata yang indah.
egeri. Flores memiliki banyak keunikan dalam hal tempat pariwisata.

Danau Kelimutu


Kelimutu terletak di Desa Koanara, Kecamatan Wolowaru. sekitar 66 km dari kota Ende dan 83 kilometer dari Maumere tepatnya di puncak Taman Nasional Kelimutu. Danau Kelimutu ini memiliki keunikan tersendiri, danaunya memiliki tiga warna yang berbeda anda bisa melihatnya sendiri ketika mengunjungi danau ini.

Gua Liang Bua




Liang Bua terletak di Kabupaten Manggarai, Nusai Tenggara Timur 14 kilometer dari Ruteng ibu kota Kabupaten Manggarai. Di sini pernah ditemukan fosil tengkorak manusia purba yang berukuran pendek yang disebut sebagai Homo floresiensis. Di Gua Liang Bua anda hanya bisa melihat gua besar dengan batu stalagmit.
 

Labuan Bajo




Labuan Bajo merupakan pelabuhan yang menjadi pintu masuk ke Taman Nasional Komodo. Di labuan Bajo anda dapat mengunjungi beberapa pulau yang menghadap ke pelabuhan ini seperti Pulau Bidadari, Pulau Kanawa, Pulau Kukusan Kecil dan Pulau Serayu. Selain itu anda juga dapat mengunjungi Gua Batu Cermin di Labuan Bajo.

Taman Nasional Komodo


Siapa yang tidak kenal Taman Nasional Komodo atau Pulau Komodo, Taman Nasional ini merupakan tempat favorit para wisatawan yang mengunjungi Flores. Di pulau ini anda bisa melihat Komodo berkeliaran dari dekat, tentunya dengan pemandu wisata.

Pink Beach




Pernahkah anda melihat hamparan pasir pantai berwarna merah muda? tentu belum bukan? Inilah salah satu keindahan alam yang ada di Flores, Pantai merah muda ini hanya dapat ditemukan di 7 Negara yaitu Indonesia, Bermuda, Filipina, Italia, Yunani, Bahamas, Karibia.

Pantai Koka

pantai koka2 - Nusa Tenggara : Pantai Koka, Sikka – NTT
Pantai Koka terletak di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pantai ini memiliki pasir berwarna putih dengan air lautnya yang jernih. Anda akan terkagum-kagum melihat pemandangannya yang indah, tentunya berkunjung kesini akan membuka mata anda tentang keindahan pantai-pantai di Indonesia.

Air Terjun Cunca Rami

Image result for gambar air terjun cunca rami flores Image result for gambar air terjun cunca rami flores  Image result for gambar air terjun cunca rami flores Image result for gambar air terjun cunca rami flores
Air Terjun Cunca Rami berjarak 30 km dari Labuan Bajo, sebelum mencapai air terjun ini anda harus menyusuri hutan Mbelling dan melakukan perjalanan sekitar 30 menit hingga 1 jam untuk mencapainya. Jika anda berkunjung ke manggarai barat tidak ada salahnya mengunjungi tempat wisata ini.

Tempat Wisata di Flores


Membahas keindahan tempat wisata di Flores, Nusa Tenggara Timur ini tidak akan ada habisnya, inilah salah satu kebanggaan yang dimiliki Indonesia, keindahan alam pemandangannya tidak akan pernah habis untuk dijelajahi.